Sabtu, 30 November 2019

Syarat-Syarat Tajuk Rencana


Syarat-syarat Tajuk Rencana
Agar tujuan, ciri-ciri, dan struktur tajuk rencana dapat tersampaikan dengan baik, ada beberapa sifat tulisan ini yang harus diperhatikan sebagai syarat. Berikut ini adalah beberapa syarat yang mutlak harus dimiliki:
a.       Bahasa Semi Formal
Tulisan ini biasa didapati di surat kabar sehingga tidak dapat digolongkan menjadi tulisan yang ilmiah. Karena hal ini, bahasa yang digunakan tidak baku dan formal. Bahasa yang digunakan harus biasa dengan kehidupan sehari-hari, namun dengan ejaan dan kaidah yang baik dan benar.
          b.      Isi singkat dan padat
Tajuk rencana bersifat memberikan informasi dan pandangan terkini mengenai topik hangat di masyarakat. Ketika menulisnya, pastikan isu yang dipilih merupakan persoalan yang memang ramai diperbincangkan dan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.
         c.       Bersifat Fungsional
Tulisan yang dibuat bukan hanya untuk memaparkan masalah, namun juga mengemukakan gagasan penyelesaian persoalan. Pastikan saran solusi tersebut masuk agar tajuk rencana yang dituliskan bersifat fungsional dan dapat membantu masalah yang sedang dihadapi masyarakat.


Share:

Jumat, 29 November 2019

Struktur Tajuk Rencana


Struktur Tajuk Rencana antara lain:
a.       Thesis Statement (pertanyaan pendapat)
Thesis statement merupakan pertanyaan pendapat yang berisi topik tentang kejadian atau permasalahan yang akan dibahas atau dapat dikatakan sebagai sudut pandang penulis tentang peristiwa atau permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat.
b.      Argumentasi (alasan)
Argumentasi merupakan alasan yang menjadi penguat pendapat atau opini yang hendak disampaikan. Argumentasi ini bisa dalam bentuk fakta, pertanyaan umum, menurut ahi, opini hasil penelitian dan lain sebagainya.
c.       Reiteration (pernyataan ulang pendapat)
Reiteration adalah bagian ini berisikan pernyataan atau penegasan kembali tentang pendapat yang sudah ditulis agar pembaca lebih yakin terhadap isi teks tersebut.


Share:

Ciri-Ciri Tajuk Rencana


Ciri-ciri Tajuk Rencana
Hikmat dan Purnama (dalam Kusumaningrat; 2009: 249) sebuah tajuk rencana yang baik memuat hal-hal berikut ini: pernyataan masalah pokok atau topik, alasan mengapa hal itu penting, penyajian fakta-fakta yang bersangkutan dengan topik, pernyataan sikap yang diambil terhadap topik tersebut, evaluasi terhadap mereka yang mengambil sikap lain, pernyataan alternatif lain, pembuatan perbandingan atau analogi dengan isu-isu atau topik-topik lain, dan akhirnya kesimpulan. Ciri-ciri tajuk rencana antara lain:
a.       berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan
b.      berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat
c.       biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional
d.      tertuang pikiran subyektif redaksi.


Share:

Kamis, 28 November 2019

Cara Penyusunan dan Penyuntingan Tajuk Rencana


Cara Penyusunan dan Penyuntingan Tajuk Rencana.
Dalam penyusunan sebuah tajuk rencana dimulai dari hal-hal sebagai berikut:
1.      Judul
Pilihlah judul yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam tajuk tersebut dan buatlah judul seprovokatif atau yang semenarik mungkin guna mengundang minat membaca orang yang melihatnya.
2.      Latar belakang masalah
Bagian ini seperti sinopsis, paparkanlah masalah yang hendak dibahas secara sepintas agar pembaca tertarik melanjutkan bacaannya.
3.      Persoalan
Setelah membahas sepintas masalah yang diulas, penulis dapat melanjutkannya dengan menerangkan persoalan yang terjadi hingga menjadi isu. Tuturkanlah tiap peristiwa secara kronologis agar mudah dimengerti pembaca. Jika memang ada tokoh-tokoh terkait yang dianggap penting, cantumkanlah dalam tulisan.
4.      Opini
Setelah membahas sepintas masalah yang diulas, penulis dapat melanjutkannya dengan menerangkan persoalan yang terjadi hingga menjadi isu. Tuturkanlah tiap peristiwa secara kronologis agar mudah dimengerti pembaca. Jika memang ada tokoh-tokoh terkait yang dianggap penting, cantumkanlah dalam tulisan.

5.      Saran
Karena fungsinya untuk memberikan informasi dan solusi, tiap tajuk rencana pasti mengandung saran yang dianggap ideal oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dibahas.
6.      Kesimpulan
Setelah menyampaikan ulasan masalah, opini, hingga saran, harus ditutup secara elegan dengan pemberian kesimpulan dari penulis. Kesimpulan dapat berupa ringkasan dari segala yang sudah dipaparkan sebelumnya.
Penyuntingan Tajuk Rencana
Menyunting bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan penulis dalam membuat karangan sehingga menjadi lebih baik. Tulisan yang baik dapat menambah daya pikat dan minat pembacanya dalam meresapi isi karangan.
Penyunting menurut Eneste (2017: 15) yaitu; 
(1) Menguasai ejaan, artinya Seorang penyunting harus menguasai ejaan yang dalam hal ini penguasaaan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini.
(2) Menguasai tata bahasa, artinya paham mengenai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan kata yang sesuai dengan konteks, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.
(3) Bersahabat dengan kamus, artinya penyunting harus selalu membuka dan membaca kamus sehingga dapat dikatakan bersahabat dengan kamus.
(4) Memiliki kepekaan bahasa, artinya mengetahui kata-kata yang digunakan sesuai dengan konteksnya, memahami kalimat-kalimat yang kasar dan halus serta mengetahui kapan kalimat tersebut harus digunakan dan kapan harus dihindari.
(5) Memiliki pengetahuan luas, artinya menyerap informasi sebanyak banyaknya dari berbagai media informasi seperti buku, surat kabar, media audio-visual yang memungkinkan penyunting tidak ketinggalan perkembangan informasi.
(6) Memiliki ketelitian dan kesabaran, teliti agar tidak ada pihak yang dirugikan karena kelalaian seorang penyunting dan kesabaran dalam menghadapi berbagai teks dan harus selalu berulang-ulang memeriksa dan memastikan bahwa teks tersebut sudah selesai dikerjakan.


Share:

Rabu, 27 November 2019

Pengertian Tajuk Rencana dan Penyuntingan



Pengertian Penyusunan Tajuk rencana dan penyuntingan.
Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca
Pengertian Penyusunan Tajuk rencana
Penyusunan, prosedur, atau langkah-langkah dalam menyusun dan membuat sebuah tajuk rencana. Sedangkan tajuk rencana merupakan kolom dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan opini redaksi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol pada saat media itu terbit.
Penyuntingan
Kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja/verba), penyunting (kata benda/nomina), dan penyuntingan (kata benda/nomina) (KBBI, 2001: 1106). Kata menyuntingan bermakna (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali’ (KBBI, 2001:1106).
Kemudian orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting, yaitu orang yang bertugas menyiapkan naskah (KBBI, 2001:1106). Selanjutnya, kata penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan (KBBI, 2001; 1106). Penyuntingan atau yang lebih dikenal dengan editing pada dasarnya adalah kegiatan memperbaiki tulisan agar menjadi lebih baik di mana penyuntingan dilakukan setelah kegiatan penulisan selesai.
Kegiatan penyuntingan sangat penting dalam kegiatan penulisan karena berguna untuk meningkatkan mutu suatu tulisan. Kegitan penyuntingan naskah juga berperan penting, terutama dalam dunia jurnalistik dan penerbitan. Penyuntingan dalam konten media dilakukan oleh editor, editor memiliki hak untuk menambah dan mengurangi informasi yang akan disampaikan kepada khalayak umum. Penyuntingan dilakukan bukan hanya terhadap tulisan tetapi juga foto, bagan, dan lain-lain.

Share:

Selasa, 26 November 2019

Teknik Penyuntingan


1.      Teknik Penyuntingan Media Elektronik
 Untuk menulis naskah siaran radio yang baik, perlu memperhatikan tiga hal utama yakni:
1. Menggunakan bahasa tutur, yakni bahasa percakapan, informal atau menggunakan kata-kata yang biasanya digunakan dalam keseharian.
2. KISS (keep it simple and short), artinya menggunakan kalimat yang sederhana dan singkat agar mudah dipahami.
3. ELF (easy listening formula), artinya menggunakan rumus enak didengar dengan menyusun kalimat enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama. Naskah siaran radio seharusnya “sekali ucap langsung dimengerti”. 
Ketiga hal utama yang harus diperhatikan penulis naskah radio jika ingin menulis naskah siaran radio yang baik di atas perlu juga dijadikan pertimbangan bagi kerja penyuntingan.

2.      Teknik Penyuntingan Media Cetak
Teknik yang digunakan dalam penyuntingan media cetak sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah prapenyuntingan. Artinya, sebelum melakukan penyuntingan, penyunting terlebih dahulu harus melakukan beberapa hal, di antaranya adalah mengecek kelengkapan naskah, daftar isi, informasi mengenai penulis, catatan kaki, subbab dan sub-subbab, ilustrasi, tabel, gambar, dan pembacaan sepintas.
2. Tahap kedua adalah penyuntingan. Pada dasarnya, proses penyuntingan yang dilakukan oleh penyunting adalah membuat sebuah naskah menjadi lebih mudah dibaca serta enak dibaca. Ukuran mudah dan enak adalah seberapa jauh buku tersebut dibaca (dibeli) pembaca. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyuntingan adalah ejaan, tata bahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
3. Tahap ketiga adalah pascapenyuntingan. Tahap ini penyunting melakukan pemeriksaan naskah secara keseluruhan, awal hingga akhir. Tahap ini dilakukan agar tidak ada bagian naskah yang telah mengalami proses penyuntingan yang terlewati, sekecil apa pun. Hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kelengkapan naskah, nama penulis, daftar isi, sistematika bab, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata sambutan/kata pengantar, catatan kaki, daftar pustaka, daftar istilah, lampiran, indeks, biografi singkat, sinopsis, dan nomor halaman.

3.   Teknik Penyuntingan Media Online
Teknik yang digunakan dalam media online sebagai berikut:
1.      Judul dan halaman depan berita harus  mencerminkan isi berita agar pembaca tidak kecewa.
2.      Penampilan berita di media online hendaknya menggunakan foto yang kuat, grafis berupa data, dan kutipan.
3.      Berita yang ditulis di media online sebisa mungkin pendek, karena sulit membaca yang panjang di layar telepon genggam
4.      Berita tentang satu kisah nyata lebih menyentuh, misalnya bila digabung dengan audio.



    
           
Share:

Senin, 25 November 2019

Tujuan Penyuntingan


Tujuan Penyuntingan
Adanya tujuan penyuntingan adalah dimana seseorang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa)
Tujuan penyuntingan yang dilakukan oleh para editor antara lain :
1.      Menjadikan konten media sebagai suatu karya yang sempurna, tentunya dapat dibaca dan dipahami dengan mudah oleh para pembacanya ketika tulisan itu diterbitkan.
2.      Memastikan pengaliran atau penyebaran ide dari penulis kepada para pembaca dapat tersampaikan dengan bahasa yang gramatis, jelas, lugas, indah, dan menarik.
3.      Memastikan pengaliran fakta agar tersampaikan dengan jelas, tepat, tidak menyalahi agama, undang-undang, dan norma dalam masyarakat.
4.      Pengecekan mengenai kebenaran dan fakta yang disampaikan oleh penulis.
5.      Penyuntingan dilakukan agar sebuah tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain, dan antara subbab yang satu dengan sub bab yang lainnya.

Share:

Minggu, 24 November 2019

Ketentuan-ketentuan Dalam Penyuntingan


1.      Ketentuan Penyuntingan Naskah Media Cetak
Dalam penyuntingan naskah ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh penyunting, antara lain :

1. Menguasai Ejaan
            Seseorang yang ingin menjadi seorang editor pada satu penerbitan, harus menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Dia harus paham benar penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain). Syarat ini tentu dapat dimaklumi, mengingat penyuntingan naskah selalu berurusan dengan soal-soal itu.

2. Menguasai Tata Bahasa
Seperti halnya ejaan, seorang editor pun dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas. Bukan berarti dia perlu menghafal semua arti kata yang terdapat dalam kamus, misalnya. Akan tetapi, seorang penyunting naskah harus tahu mana kalimat yang baik dan benar, dan mana kalimat yang salah dan tidak benar. Menguasai bahasa Indonesia tentu tidak lain dan tidak bukan adalah menguasai tata bahasa Indonesia. Jadi, seorang editor harus mengerti susunan kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.

3. Bersahabat dengan Kamus            
            Seorang editor atau ahli bahasa sekalipun, tidak mungkin menguasai semua kata yang ada dalam satu bahasa tertentu. Belum lagi kalau kita berbicara mengenai bahasa asing. Oleh karena itu, seorang editor perlu akrab dengan kamus. Entah itu kamus satu bahasa maupun kamus dua bahasa. Dalam hal ini, tentu termasuk pula kamus istilah, leksikon, dan ensiklopedia. Dengan kata lain, seorang yang enggan atau malas membuka kamus, sebetulnya tidak cocok menjadi seorang editor.

            4. Memiliki Kepekaan Bahasa
Karena selalu berhubungan dengan ejaan, tata bahasa, dan kamus, seorang editor pun dituntut untuk memiliki kepekaan bahasa. Dia harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan mana kata yang sebaiknya dipakai; harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu digunakan atau dihindari. Untuk semua itu, seorang editor perlu mengikuti tulisan pakar bahasa di media cetak. Di samping itu, seorang editor perlu mengikuti kolom bahasa yang ada di sejumlah media cetak. Tentu tidak kurang pentingnya adalah mengikuti perkembangan bahasa Indonesia dari hari ke hari.

5. Memiliki Pengetahuan Luas           
           
Seorang editor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas. Artinya, dia harus banyak membaca buku, membaca majalah dan koran, dan menyerap informasi melalui media audio-visual. Dengan demikian, seorang editor tidak ketinggalan informasi. Dengan kata lain, orang yang malas membaca buku, koran, majalah atau sumber informasi lain, sebetulnya tidak cocok untuk menjadi seorang editor. Orang ini lebih baik mencari pekerjaan lain.

6. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran           
            Seorang editor dituntut pula untuk bekerja dengan teliti dan sabar. Meskipun sudah capek bekerja, seorang editor dituntut untuk tetap teliti dan sabar dalam menyunting naskah. Kalau tidak, penyunting bisa terjebak pada hal-hal yang merugikan penerbit di kemudian hari. Misalnya, karena ada kalimat yang lolos dan lupa disunting. Jadi, meskipun mengantuk, seorang editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis. Dia harus memeriksa apakah kalimat, kata, dan istilah itu layak cetak atau tidak, berbau SARA atau tidak, berbau pornografi atau tidak, dan sebagainya.

7. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi        
           
Seorang editor tentu harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini, seorang editor harus peka terhadap hal-hal yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Kalau tidak peka, penerbit bisa rugi di kemudian hari. Mengapa? Karena buku yang diterbitkan bisa dilarang beredar oleh pihak yang berwenang, atau penerbitnya dituntut oleh pihak tertentu ke pengadilan.   
            Di samping itu, seorang editor harus peka terhadap hal-hal yang berbau pornografi. Dalam hal ini, seorang rditor harus mempertimbangkan apakah kalimat tertentu layak cetak atau tidak, dan apakah gambar/ilustrasi tertentu layak siar atau tidak. Seperti halnya persoalan SARA, hal-hal yang berbau pornografi pun dapat mengakibatkan sebuah buku dilarang beredar. Jika ini terjadi, tentu penerbit akan mengalami kerugian. Kejaksaan Agung RI memunyai kriteria buku yang dilarang beredar di Indonesia dari dulu hingga sekarang.

8. Memiliki Kemampuan Menulis      
           
Seorang editor juga perlu memiliki kemampuan menulis, minimal mampu menyusun tulisan yang elementer. Mengapa? Karena dalam pekerjaannya sehari-hari, seorang editor naskah pada suatu saat harus menulis surat/surel kepada penulis atau calon penulis naskah, menulis ringkasan isi buku (sinopsis), atau menulis biografi singkat (biodata) penulis. Lagi pula, kemampuan menulis ini pun berguna dalam penyuntingan naskah. Kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar, tentu kita pun akan sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.

9. Menguasai Bahasa Asing   
           
Seorang editor perlu menguasai bahasa asing yang paling banyak digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris. Mengapa? Karena dalam menyunting, seorang editor akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Di samping itu, perlu pula diketahui bahwa buku terjemahan yang paling banyak diterjemahkan di Indonesia adalah buku-buku yang berasal dari bahasa Inggris.     
            Jika tidak dapat menguasai bahasa Inggris secara aktif, minimal penyunting menguasainya secara pasif. Artinya, seorang editor dapat memahami dan membaca teks bahasa Inggris. Akan lebih baik lagi jika penyunting naskah bukan hanya menguasai bahasa Inggris, melainkan juga menguasai salah satu bahasa atau beberapa bahasa asing lain. Misalnya, bahasa Latin, bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis, bahasa Arab, dan bahasa Jepang.Pendek kata, makin banyak bahasa asing yang dikuasai editor makin baik. Semua bahasa asing itu akan melancarkan pekerjaan seorsng editor.

10. Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah      
            Seorang editor perlu menguasai dan memahami Kode Etik Penyuntingan. Dengan kata lain, editor harus tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam penyuntingan naskah. Jika seorang editor tidak memahami Kode Etik Penyuntingan, ada kemungkinan dia akan salah langkah atau salah sunting. Hal ini bisa berakibat buruk di kemudian hari.

 2.      Ketentuan Penyuntingan Naskah Media Elektronik
Ketentuan penyuntingan dalam naskah siaran radio, seperti berikut;
1) Penggunaan huruf kapital sesuai ketentuan yang berlaku, yakni pedoman umum ejaan bahasa Indonesia (PUEBI).
2) Menggunakan keterangan waktu kemarin, hari ini, dan besok, bukan nama hari, seperti Minggu, Selasa, dan seterusnya.
3) Penulisan angka sesuai kaidah PUEBI.
4) Menggunakan tanda baca untuk memudahkan penyiar membaca naskah dengan benar.
5) Jika yang ditampilan dalam media elektronik tersebut berita berbentuk rekaman maka seorang editor sebelum melakukan penyuntingan seorang editor harus mendengar rekamannya dulu dan membuat lead in bagi voice report tersebut, bila cocok maka akan disisipkan dalam berita tersebut.   
6) Menguasai tata bahasa, jadi seorang editor harus mengerti susunan kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.

3.   Ketentuan Penyuntingan Naskah Media Online
            Ketentuan penyuntingan naskah pada media online diantaranya sebagai berikut:    
1. Seorang editor harus bisa memahami tata bahasa, maksudnya seorang editor harus mengerti susunan kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.  
2. Seorang editor harus bisa menguasai ejaan, maksudnya
harus paham benar penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain). 
3. Seorang editor harus bisa menguasai bahasa asing,
menguasai bahasa asing yang paling banyak digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris. Mengapa? Karena dalam menyunting, seorang editor akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris.
4. Seorang editor tentu harus tahu kalimat yang layak diunggah, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini, seorang editor harus peka terhadap hal-hal yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).          

Share:

Sabtu, 23 November 2019

Pengumpulan Bahan dan Penyuntingan

Pengertian Pengumpulan Bahan
Pengumpulan bahan untuk konten media merupakan pengumpulan berbagai bentuk konten ataupun isi dalam sebuah media baik itu media online, cetak, dan elektronik. Penggunaan konten-konten yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan melalui proses penyuntingan. Pada proses ini seluruh konten yang sudah dikumpulkan atau didapatkan akan ditinjau kembali untuk menghasilkan sebuah konten yang lebih baik.

Penyuntingan
Kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja/verba), penyunting (kata benda/nomina), dan penyuntingan (kata benda/nomina) (KBBI, 2001: 1106). Kata menyuntingan bermakna (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali’ (KBBI, 2001:1106).
Kemudian orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting, yaitu orang yang bertugas menyiapkan naskah (KBBI, 2001:1106). Selanjutnya, kata penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan (KBBI, 2001; 1106). Penyuntingan atau yang lebih dikenal dengan editing pada dasarnya adalah kegiatan memperbaiki tulisan agar menjadi lebih baik di mana penyuntingan dilakukan setelah kegiatan penulisan selesai.
Kegiatan penyuntingan sangat penting dalam kegiatan penulisan karena berguna untuk meningkatkan mutu suatu tulisan. Kegitan penyuntingan naskah juga berperan penting, terutama dalam dunia jurnalistik dan penerbitan. Penyuntingan dalam konten media dilakukan oleh editor, editor memiliki hak untuk menambah dan mengurangi informasi yang akan disampaikan kepada khalayak umum. Penyuntingan dilakukan bukan hanya terhadap tulisan tetapi juga foto, bagan, dan lain-lain.
Share:

Jumat, 22 November 2019

Jenis Foto dan Fungsi dalam Media

Jenis-jenis Foto dalam Media
Fotografi Jurnalistik Menurut Rahardi (2006, h.84) fotografi  jurnalistik merupakan sebuah foto yang dibuat oleh fotografer (juru foto) atau jurnalis (wartawan) untuk kebutuhan penerbitan pers atau media. Foto jurnalistik mengandung nilai berita yang bersifat faktual (sesuatu yang berdasarkan fakta) dalam suatu peristiwa atau kejadian. Foto jurnalistik tidak harus dibuat oleh seorang jurnalis profesional, terkadang foto jurnalistik juga dapat dibuat oleh orang biasa yang kebetulan hadir di tempat peristiwa dan sedang membawa kamera foto.
-           Fotografi Desain Yuliadewi (1999, h.7) menjelaskan bahwa fotografi desain sangat berkaitan erat dengan desain komunikasi visual. Foto desain digunakan untuk membantu proses komunikasi, menggambarkan suatu keadaan, dan menunjang sebuah produk. Foto jenis ini dibuat berdasarkan suatu konsep desain untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan keinginan desainer.
Fungsi Foto dalam Media
Foto memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry. Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita. Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar. Kedua, fungsi foto adalah menimbulkan minat (to generate interest). ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat foto berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto dimanfaatkan untuk keperluan tata rias/perwajahan surat kabar dan majalah secara garis besar
Share:

Kamis, 21 November 2019

Pengertian Foto dalam Media


Pengertian Foto
Foto adalah gambar diam baik berwarna maupun hitam-putih yang dihasilkan oleh kamera yang merekam suatu objek atau kejadian atau keadaan pada suatu waktu tertentu. Foto dibagi menjadi beberapa definisi potret film fotograf cetakan lukisan dan berfoto dibagi menjadi dua bagian bergambar dan berpotret. Kegiatan yang berhubungan dengan foto diistilahkan dengan fotografi. Kata foto berasal dari bahasa Yunani, yaitu photos yang berarti cahaya atau sinar. 
Media dalam mendeskripsikan fotografi adalah menjelaskan tentang unsur-unsur apa saja yang membuat karya foto itu ada. Media memberikan informasi tentang jenis dan format yang digunkan, ukuran, jenis cetakan (hitam-putih atau berwarna), karakteristik kamera yang digunakan, dan data teknis lainnya termasuk bagaimana kondisi fotografer saat pemotretan, efek cahaya, properti ketika pemotretan, alat bantu, dan waktu pemotretan. Deskripsikan media mencakup semua dampak yang muncul dari karya foto yang mewakili ekspresi seniman atau fotografer, dan dapat berkomunikasi dengan individu yang melihat (Barret, 2000). Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, fotografi pun semakin luas peranannya pada berbagai bidang, khususnya dalam sebuah media.


Share:

Rabu, 20 November 2019

Jenis Iklan Khusus Berdasarkan Media Yang Digunakan

Jenis-jenis Iklan Secara Khusus
Secara KHUSUS, berdasarkan media yang digunakan, iklan dapat dibagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1)      Berdasarkan Media yang Digunakan

a)      Iklan cetak
yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi. Berbagai teknik cetak yang ada, misalnya dengan prinsip leterpress, photo lithography, photo gravure, sablon, inkjet, dan laser. Media yang digunakan dalam teknik cetak tersebut sangat beragam mulai dari kertas, pelat metal, kulit, plastik, kaca, dan kain. Beberapa bentuk iklan cetak yaitu : iklan cetak surat kabar, iklan cetak majalah, tabloid, iklan cetak baliho, iklan cetak poster, iklan leaflet, iklan spanduk, flyers, dan berbagai cetak lainnya. Berdasarkan luas space yang dipakai, khusus untuk media cetak, suratkabar, majalah maupun tabloid, iklan-iklan dalam media ini dikenali dalam tiga bentuk iklan. Ketiga bentuk iklan tersebut disusun berdasarkan “space” (luas millimeter kolom) yang digunakan.

b)     Iklan Baris
Iklan ini sering pula disebut dengan berbagai istilah, yang umumnya disamakan dengan nama kolom atau rubrik yang digunakan oleh media yang bersangkutan. Iklan ini disebut dengan ikan baris karena pesan yang dibuat hanyaterdiri dari beberapa baris kata atau kalimat saja dan biayanya yang dikenakan dihitung per baris. Barang yang diiklankan dalam iklan baris sangat beragam, meliputi barang, meliputi barang (misalnya menawarkan motor, mobil, rumah, komputer, dan sebagainy; iklan jasa menawarkan tentang kursus, bimbingan tes, les privat dan sebagainya.

c)      Iklan Kolom 
Iklan kolom merupakan iklan yang memiliki space terbatas, namun dikenakan biaya pemasangan lebih mahal dibanding iklan baris. Iklan kolom memiliki lebar satu kolom, namun lebih tinggi disbanding iklan baris. Biasanya, tinggi iklan disesuaikan dengan kehendak pengiklan. Umumnya iklan ini digunakan oleh para pengiklan yang hendak menyampaikan cukup banyak pesan sehingga membutuhkan space yang lebih luas.

d)     Iklan Elektronik

Disebut iklan elektronik, karena media yang digunakan sebagai tempat dipasangnya pesan iklan adalah karena menggunakan media yang berbasis perangkat elektronik. Secara lebih spesifik, iklan elektronik dapat dibagi dalam 4 jenis, yaitu iklan radio; iklan televise; iklan film; serta iklan yang dipasang dalam media jaringan/internet.

e)      Iklan Radio
Iklan radio memiliki karakteristik yang khas, yaitu hanya dapat didengarkan melalui audio saja. Suara dalam iklan radio yang dimaksud dapat merupakan salah satu atau perpaduan dari kata-kata,musikl dan sound effect. Kata-kata dalah ucapan yang mengandung arti yang disampaikan oleh manusia. Voice adalah suara manusia yang teratur, semacam kata-kata bertutur monolog maupun percakapan atau dialog. 
Share: