Kamis, 14 November 2019

Proses Peliputan, Penyuntingan dan Publikasi


Peliputan Berita
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001; 667), meliput adalah membuat berita atau laporan secara terperinci tentang suatu masalah atau  peristiwa. Dalam pencarian berita, seorang wartawan atau reporter memperoleh bahan berita melalui liputan atau mencari tahu secara langsung ke lapangan. Menurut AS Haris Sumadiria (2006: 94), berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Kita harus bisa mencari dan menciptakan berita. Berikut ini ialah bagaimana berita diduga melalui meeting ; Proses pencarian dan penciptaan berita diduga dimulai dari ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi (rapat perencanaan berita/rapat peliputan/rapat rutin wartawan dibawah koordinasi koordinator liputan). Rapat biasanya dilaksanakan sore atau malam hari, dihadiri seorang atau beberapa redaktur. Dalam rapat ini, setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan. Namun, untuk berita yang sifatnya tak diduga atau tiba-tiba, AS Haris Sumadiria (2006;96) menyatakan. Untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tak terduga, reporter atau wartawan harus pandai-pandai berburu/hunting. Sebagai pemburu, wartawan harus memiliki beberapa kemampuan dasar, yaitu memiliki kepekaan berita yang tajam (sense of news), daya pendengaran berita yang baik (hear of news), mengembangkan daya penciuman berita yang tajam (niose of news), mempunyai tatapan penglihatan berita yang jauh dan jelas (news seeing), piawai dalam melatih indra perasa berita (news filling), dan senantiasa diperkaya dengan berbagai pengalaman berita yang dipetik dan digali langsung dari lapangan (news experience). Menurut Jani Yosef, 2009; 81-82 dalam mencari berita diperlukan tehnik- tehnik tersendiri. Dalam prosesnya, wartawan akan menerapkan ”Kemampuan Human Relations ” dan kemampuan ”lobying atau negosias”. Hal ini terkait dengan proses berkomunikasi dengan berbagai pihak dengan bermacam- macam latar belakang budaya, pendidikan, ekonomi dan lainnya.
Menurut Romli (2003 ; 7-10), Mencari berita ( news hunting, news getting atau news gathering) di sebut juga meliput bahan berita adalah salah satu proses penyusunan naskah berita ( news processing), selain proses perencanaan berita, proses penulisan naskah dan proses penyuntingan naskah (news editing) Jadi, meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi, misalnya dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk memuat kasus pembunuhan melibatkan pejabat negara. Maka wartawan akan melakukan wawancara dengan pejabat yang bersangkutan. Selama wartawan melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, maka kegiatan tersebut dinamakan mencari berita ( News Hunting). Terdapat tiga teknik peliputan berita, diantaranya ;
1) Reportase Kegiatan jurnalistik yang meliput langsung ke lapangan atau ke TKP (Tempat Kejadian Perkara). Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian, lalu memulai proses meliput, mengumpulkan data dan fakta seputar peritiwa tersebut. Data dan fakta tersebut harus memenuhi unsur 5W+ 1H, yaitu ”what”, ”who”, ”when”, ”where”, ”why” dan ”how”.
 2) Wawancara Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan sumber berita/narasumber. Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data mengenai suatu masalah/ kejadian dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Menurut Masri Sareb Putra ( 2006; 24-25), menyatakan ; 2.1 Teknik Wawancara a) Persiapkan alat tulis dan rekam Seorang wartawan, sebelum melakukan wawancara perlu persiapan atau memperlengkapi diri dengan seperangkat alat tulis atau rekam. Hal ini karena ingatan manusia pendek, sementara apa yang ditulis itu abadi. Selain itu, untuk menghindari suatu kesalahan atau ketidaklengkapan yang dapat ditampung oleh daya ingat manusia maka wartawan juga memerlukan tape recorder. b) Siapkan Pertanyaan Untuk mendapatkan sebuah berita yang lengkap, seorang wartawan perlu mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Kalau perlu, persiapan dilakukan secara tertulis. Bahkan ada wartawan yang sebelum melakukan wawancara langsung, mengirimkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada narasumber. Daftar pertanyaan ini dipersiapakan saat wawancara, agar data yang diperoleh wartawan akurat dan lengkap.
 3) Riset Kepustakaan Riset kepustakaan ( studi literatur) adalah tehnik peliputan/ pengumpulan data dengan mencari kliping koran, makalah- makalah, atau artikel koran, menyimak brosur- brosur, membaca buku, atau menggunakan fasilitas internet. 4) Kantor Berita Wartawan juga menulis berita dari hasil liputan wartawan kantorkantor berita. Cara mendapatkan berita itu dengan membeli. Misalnya, berita didapat dari kantor berita Indonesia (Antara), Malaysia (Bermana), Amerika Serikat (AP). Biasanya, berita yang diterima berupa faks atau teleks. ( Masri Sareb Putra, 2006; 28) Dari penjelasan teori ini, penulis menyimpulkan dalam teknik peliputan berita itu mencakup 3 Tahapan, yakni : a) Reportase (pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan, wartawan segera mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya. Selanjutnya, b) Wawancara, sebelum melakukan wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan alat tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan pertanyaan. Setelah itu , wartawan melakukan tanya jawab dengan saksi mata dan sumber lainya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari tempat lain atau pihak – pihak terkait. c) Riset Kepustakaan dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat mencari kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita. Seperti menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara membeli berita dari kantor berita Teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini, para redaktur akan memberi penugasan kepada wartawan untuk mencari, menggali, dan mendapatkan informasi dari narasumber. Selain itu, tidak ada penugasan (lepas), ini merupakan teknik peliputan dari inisiatif wartawan sendiri dalam mencari, memburu dan mengolah berita. Salah satu bekal wartawan saat meliput berita di lapangan, wartawan harus memiliki kemampuan lobby pendekatan kepada narasumber pada saat meliput berita. Hal ini penentu kelengkapan data nantinya.

Teknik Penulisan Berita
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+ 1H, agar berita itu lengkap, akurat dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik Artinya, berita itu disusun dalam pola yang baku dan mudah dipahami isinya oleh pembaca, pendengar atau pemirsa. Menutur Haris Sumadiria ( 2006: 118-119) Dalam praktek penulisannya, para journalis atau wartawan dalam menulis berita memperhatikan unsur- unsur dalam merumuskan beritanya yaitu dengan rumus 5W+1H dan struktur piramida terbalik. Berita disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik, karena berpijak kepada 3 (tiga) asumsi ;
1) Memudahkan khalayak pembaca yang sangat sibuk, untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya.
2) Memudahkan wartawan dan editor memotong bagian – bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan kepada kendala teknis, misalnya berita terlalu panjang atau ruang yang tersedia sangat terbatas.
3) Memudahkan para jounalis dalam menyusun pesan berita, melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya. Sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi yang terlewatkan, sehingga tidak dilaporkan. Mengenai unsur penulisan berita yang dikenal dengan 5W+1H. Jani Yosef ( 2009: 122), menyatakan rumusan 5W+1H, terdiri atas :
What  : Menginformasikan apa yang terjadi,
Who   : Menginformasikan siapa yang terkait dengan peristiwa,
Why   : Menginformasikan kenapa atau mengapa ha itu terjadi,
Where :  Menginformasikan di mana kejadian atau peristiwa itu terjadi,
When : Kapan peristiwa terjadi dan kapan pernyataan itu disampaikan,
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi.
Tambahan lain, menurut Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2007;126) mengenai teknik penulisan berita, yakni Penulisan berita dimulai dengan ringkasan atau klimaks dalam alinea pembukanya, kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam alineaalinea berikutnya dengan memberikan rincian cerita secara kronologis atau dalam urutan yang semakin menurun daya tariknya. Alinea-alinea berikutnya yang memuat rincian berita disebut tubuh berita dan kalimat pembuka yang memuat ringkasan berita disebut teras berita atau lead. Dari penjelasan teori diatas, penulis dapat menyimpulkan setelah data dan informasi telah terkumpul lengkap. Selanjutnya wartawan melakukan penulisan naskah berita. Naskah berita yang akan ditulis wartawan menggunakan unsur – unsur penulisan berita, yaitu 5W+1H. Tujuannya, agar setiap tulisan berita wartawan terinci dan mudah dimengerti oleh khalayak pembacanya. Selain itu, struktur penulisan berita menggunakan piramida terbalik. Tujuannya agar setiap penulisan berita wartawan dapat tersusun dengan sistematis. Maksudnya, penulisan berita pada alinea pertama merupakan inti berita atau isi keseluhan dari berita. Setelah itu, tubuh berita dan penutup. Dalam piramida terbalik, semakin turun alinea maka semakin kurang pentingnya isi berita itu. Jadi dapat di pahami penulis, piramida terbalik merupakan aturan yang sudah baku dari teknik penulisan berita.

Teknik Penyuntingan (editing)
Berita Menurut John Tebble (2003; 72) Redaktur penyunting atau copyditor adalah redaktur yang bertugas membaca, menyunting dan membubuhi kepala berita pada naskah berita. Tugasnya adalah membetulkan ejaan, pemberian tanda baca, bahasanya, sampai pada gaya cetaknya. Menyunting berita dalam surat kabar memegang fungsi yang penting sekali. perwajahan (layout) dan presentasi sebuah surat kabar umumnya sangat tergantung dari keahlian para redakturnya didalam tehnik penyutingan (editing). Menurut Hoeta Soehoet (2003: 112), Istilah penyuntingan berasal dari bahaa inggris, yaitu Editing. Yang menyunting naskah berita atau naskah pendapat menjadi copy berita adalah desk editor. Seorang redaktur yang kreatif didalam pekerjaan editing akan membawa imajinasi baru, sehingga penyajian beritanya mendapat tanggapan pembaca secara menyenangkan. Mengedit berita tidaklah semata- mata memotong berita dan memasukannya kedalam kolom yang tersedia. Namun juga memperhatikan cara menyunting atau mengedit berita, inilah 2 (dua) hal utama dalam merumuskan penyutingan suatu berita ;
1) Mencegah terjadinya kesalahan- kesalahan
a. Salah ejaan dan Struktur kalimat,
b.Kesalahan fakta- fakta,
c. Kesalahan pada struktur berita
2) Menjaga hal- hal yang tidak dikehendaki
a)   Masuknya unsur- unsur pendapat,
b)   Adanya pengulangan kata atau kalimat yang mubazir,
c)   Mengoreksi agar jangan ada fakta yang tertinggal,
d)  Menjaga adanya kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pencemaran nama baik atau salah tulis gelar dan nama narasumber,
e)   Mengoreksi dan mengantisipasi berita yang sudah basi atau sudah dimuat sebelumnya,
f)    Menjaga masuknya berita bohong/ koreksi keakuratan berita.
Dari tugas dan fungsi yang disebutkan diatas, bahwa seorang redaktur yang menjalankan fungsi menyunting haruslah seorang wartawan juga yang mengetahui pekerjaanya secara baik dan luas pengetahuanya, baik bahasa maupun pengertian hukum pers (Assegaff, 1982; 69-71) Editor terdiri dari ;
a) Redaktur, yang bertugas Memilih dan menilai berita yang masuk atau akan dimuat, mengawasi seluruh tugas redaksi, membentuk dewan redaksi dan memimpin redaksi serta bertanggung jawab terhadap isi surat kabar.
b) Make Up Editor, bertugas Memusatkan semua berita- berita, gambar – gambar yang telah diolah oleh dewan redaksi dan memuatnya didalam surat kabar. Serta menentukan tempat- tempat/ posisi (tata letak) penyajian berita. Make up editor bertanggung jawab atas baik buruknya, menarik tidaknya penghiasan halaman surat kabar.
c) Copy Raeder, bertugas Bertanggung jawab terhadap kekeliruan mengenai fakta- fakta, dan mengetahui mengenai struktur/ bentuk berita dan cara- cara penulisan berita. Bertanggung jawab terhadap pernyataan yang mengandung fitnah, penghinaan, dan kekeliruan dalam thypografi. ( Meinanda, 1981 ; 51-51)
d) Wartawan, bertugas Memberikan interpretasi mengenai peristiwa penting yang baru terjadi, memperjelas background tentang berita yang baru terjadi, dan memberikan analisa tentang kemungkinan yang terjadi dari suatu peristiwa tersebut. Dari penjelasan teori ini, penulis menyimpulkan bahwa penyuntingan naskah berita diperlukan seseorang yang benar- benar terampil. Tidak hanya terampil dalam mengemukakan gagasan (dalam bahasa lisan dan tulisan), tetapi juga terampil di dalam menerapkan tanda baca, ejaan, serta berbagai kompetensi lain yang berkaitan dengan perkerjaannya. Dapat penulis pahami, dalam klasifikasinya kerjanya. Bidang penyuntingan di lakukan oleh redaktur desk/ bidang dibagian penyuntingan kata, kalimat dan bahasa yang kurang tepat. Kemudian make up editor (tata letak) dan copy raeder yang bertugas menyunting gambar atau foto yang sesuai dengan naskah berita yang disunting redaktur dan mengantisipasi kerancuan atau kesalahan dalam penulisan berita. Maka setiap berita yang disajikan oleh media surat kabar, merupakan berita yang tidak sembarangan melainkan berita yang sudah diolah dan disaring oleh bagian penyunting berita.

Publikasi Berita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mempublikasikan adalah membuat konten yang diperuntukkan bagi publik atau umum. Sementara penggunaan yang lebih spesifik dapat bervariasi dimasing-masing negara, biasanya diterapkan untuk teks, gambar, atau konten audio visual lainnya di media apapun, termasuk kertas (seperti surat kabar, majalah, katalog, dll) atau bentuk penerbitan elektronik seperti situs, buku elektronik, CD, dan MP3. Kata publikasi berarti tindakan penerbitan, dan juga mengacu pada setiap salinan.
Publikasi berita dilaksanakan sesuai dengan standar operasional (SOP) penerbitan masing- masing media seperti TV, Koran, dan lainya. Setiap media memiliki syarat dan standar bagi sebuah berita untuk bisa diterbitkan diantaranya yaitu :
-          Berita harus merupakan fakta
-          Berita harus merupakan kejadian terkini (belum lama terjadi)
-          Berita harus seimbang (tidak memihak)
-          Berita harus menarik dan bermanfaat
-          Berita harus disusun dengan sistematis


Share:

0 komentar:

Posting Komentar